|
a.
Pengertian Kurikulum
Istilah
Kurikulum digunakan pertama kali dalam dunia olah raga pada zaman Yunan kuno,
yang berasal dari kata Kurir dan
kurere. Pada waktu itu
kurikulum di artikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Orang mengistilahkannnya dengan termpat berpacu atau tempat berlari
mulai Start sampai finish.
Ada
beberapa pendapat mengenai pengertian kurikulum, diantaranya adalah pendapat
pengertian kurikulum secara tradisional yang disampaikan William B. Ragan dalam bukunya “ Modern
Elementary Curryculum “ yang
mengatakan bahwa kurikulum adalah subjek yang di ajarkan di sekolah atau
program studi.
Saylor
J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “ Curriculum Plannning”
mengatakan bahwa kurikulum adalah keseluruhan usaha sekolah untuk
mempengaruhi belajar baik langsung di kelas di halaman maupun di luar
Sekolah.
Dr.
Wina Sanjaya mengatakan dalam bukunya, bahwa terdapat banyak penafsiran
terkait istilah kurikulum, namun dari perbedaan penafsiran tersebut ada juga
kesamaan, kesamaannya antara lain bahwa kurikulum berhubungan erat dengan
usaha mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut
undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional di
katakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi
dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan balajar mengajar. Yang dimaksud isi dan bahan pelajaran itu sendiri
adalah susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan kegiatan suatu pendidikan yang bersangkutan dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan Nasional.
Dari
berbagai konsep yang telah di sebutkan diatas, Pada dasarnya kurikulum
memiliki tiga dimensi pengertian, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran,
kurikulum sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai perencanaan
program pembelajaran.
Kurikulum
sebagai mata pelajaran yang harus di tempuh oleh peserta didik merupakan
konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak
mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan.
Dalam
konsep kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitannya dengan usaha
untuk memperoleh Ijazah, ijazah sendiri menggambarkan kemampuan. Artinya,
apabila siswa telah berhasil mendapatkan Ijazah, berarti ia telah menguasai
pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah berlaku. Kemampuan tersebut
tercermmin dalam nilai yang setiap mata pelajaran yang terkandung dalam
ijazah itu. Siswa yang belum memiliki kemampuan atau mendapatkan nilai yang
sesuai dengan standar tertentu tidak akan mendapatkan ijazah, walaupun
mungkin saja mereka telah mempelajari kurikulum tersebut. Dengan demikian
kurikulum berorientasi kepada isi atau materi pelajaran (content
oriented).
b.
Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum
merupakan suatu disiplin ilmu yang di dalamnya ada beberapa komponen yang
tersusun sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Adapun komponen-komponen
kurikulum itu adalah tujuan, isi suatu materi, proses penyampaian materi dan
media serta evaluasi.
1) Tujuan
Dalam
pengajaran atau kurikulum, tujuan mempunyai peran yang sangat penting, dapat
dibayangkan jika suatu program tidak punya tujuan yang jelas, tentutnya akan
terjadi disorientasi. Maka tujuan kurikulum ini penting sekali untuk membawa
kegiatan pengajaran sesuai dengan yang di inginkan, dan nantinya juga akan
berpengaruh memberi warna pada komponen kurikulum yang lainnya. Tujuan
kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama, perkembangan
tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua didasari oleh
pemikiran-pemikiran dan trearah pada nilai filosofis, terutama falsafah
Negara. Dalam tujuan ada beberapa kategori didalamnya, sebagaimana pada
umumnya, ada tujuan umum, tujuan kusus, tujuan jangka panjang, jangka
menengah dan tujuan jangka pendek .
Tujuan
umum disini adalah tujuan jangka panjang, sedangkan tujuan kusus adalah
tujuan jangka pendek. Tujuan-tujuan kusus dijabarkan dari sasaran-sasaran
tujuan pendidikan yang bersifat umum, yang biasanya abstrak dan luas, menjadi
sasaran-sasaran konkret, sempit dan terbatas. Dalam pembelajaran dikelas
tujuan kusus lebih di utamakan, karena lebih jelas dan mudah
pencapaiannya.
2) Bahan ajar
Bahan
ajar adalah semua yang akan di jadikan referensi dalam pengajaran, baik dari
lingkungan, buku, media atau pemikiran-pemikiran dan lain sebagainya untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Banyak bahan ajar yang bisa digunakan dalam
pembelajaran, tergantung pelajaran yang ingin disampaikan, terutama dari
lingkungan sekitar. Inilah tugas utama seorang guru, bagaimana menciptakan
lingkungan sekaligus sebagai sumber belajar, yang nantinya anak didiknya bisa
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mengambil pelajaran darinya.
Dalam
pembentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak terlepas dari filsafat
dan teori pendidikan yang dikembangkan. Dalam hal ini, materi pembelajaran
disusun secara logis, dan sistematis dalam bentuk teori, konsep,
generalisasi, prinsip, prosedur, fakta, istilah, ilustrasi, difinisi dan
preposisi.
Pertama
adalah Teori ,yaitu seperangkat konstruk difinisi, yang saling
berhubungan yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikkan hubungan-hubungan antara variable-variabel dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Kedua Konsep, yaitu suatu
abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kehususan-kehususan merupakan
difinisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Ketiga Generalisasi,
yaitu, kesimpulann umum berdasarkan hal-hal yang khusus yang bersumber dari
analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian. Keempat Prinsip, yaitu ide utama pola skema yang ada dalam
materi yang mengembangkan beberapa konsep. Kelima Prosedur, yaitu seri
langkah-langkah yang berurutan dalam mata pelajaran yang harus dilakukan oleh
peserta didik. Keenam Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam
materi yang di anggap penting, terdiri dari terminology, orang, dan tempat
kejadian. Ketujuh Istilah, yaitu perbendaharaan kata yang baru dan
kusus yang akan di perkenalkan dalam materi. Kedelapan Ilustrasi, yaitu hal atau proses yang
bertujuan untuk memperjelas uraian atau pendapat. Kesembilan Difinisi, yaitu
pengertian dari suatu hal/kata dalam garis besarnya. Terakhir Preposisi, yaitu kata yang digunakan
untuk menyampaikan mata pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Dalam
pandangan filsafat, ada dua versi mengenai bahan ajar/pembelajara. Yaitu
filsafat progrewsivisme dan filsafat konstruktivisme. Materi pelajaran yang
didasarkan pada fislafat progresivisme, akan lebih memperhatikan tentang
kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena materi pelajaran harus di ambilkan dari
dunia peserta didik atau oleh peserta
didik itu sendiri. Kemudian materi pelajaran yang di dasarkan pada filsafat
konstruktivisme akan dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik
yang di angkat dari tema-tema sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial
bahkan tentang alam.
Terlepas
dari pandangan filsafat. Prof DR. Nana Syaodih lebih mengetengahkan sekuens
susunan materi pelajaran, ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan
ajar, yaitu:
a) Sekuens Kronologis, susunan materi pembelajaran
yang mengandung urutan waktu.
b) Sekuens Causal , susunan materi pembelajaran
yang mengandung hubungan sebab akibat.
c) Sekuens structural, susunan materi pembelajaran
yang mengandung strutur materi
d) Sekuens logis dan psikologis, sekuen logis merupkan
sususnan materi pembelajaran yang di mulai dari bagian menuju keseluruhan,
dari sederhana menuju yang komppleks, sedang sekuens psikologis sebaliknya,
dari yang keseluruhan menuju yang bagian-bagian, dari yang kompleks menuju
yang sederhana. Menurut sekuens logis,
materi pembelajaran disusun dari yang nyata ke abstrak, dari benda ke teori,
dari fungsi ke struktur dari masalah bagaimana kemaslah mengapa.
e) Sekuens spiral, yaitu susunan materi pembelajaran
yang dipusatkan pada topic atau bahan tertentu yang popular dan sederhana,
kemudian diperdalam, dikembangkan dan diperluas dengan bahan lebih kompleks.
f) Sekuen rangkaian kebelakang, dalam sekuens ini pembelajaran
dimulai dengan langkah ahir dan mundur kebelakang.
Sekuens
berdasar pada hierarki belajar,
prosedur pembelajaran dimulai dari menganalisis tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, kemudian dicari suatu hierarki urutan pelajaran untuk mencapai
tujuan atau kompetensi tersebut. Hirarki tersebut menggambarkan urutan
perilaku apa mula-mula yang harus dikuasai peserta didik, berturut-turut
sampai dengan perilaku terahir.
3) Strategi Pembelajaran
Menurut
Prof. DR Nana Syaodih, penyusunan sekuens bahan ajar berkaitan erat dengan
strategi atau metode mengajar. Pada waktu guru menyusun bahan ajar, maka ia
juga harus memikirkan strategi pengajarannya, mana yang pas untuk
menyampaikan materi yang seperti itu.
Telah dijelaskan di atas bahwa menurut
pandangan filsafat dan teori pendidikan yang menlandasi kurikulum ada
perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi, tentunya hal itu juga ada
konsekwensinya tersendiri dalam
mengatur strategi pembelajarannya. Apabila yang menjadi
tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi, intelektual sebagaimana
yang dikembangkan oleh pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan
budaya ataupun keabadian, maka strategi yang digunakan di gunakan
lebih banyak berpusat pada guru, dalam artian peserta didik akan lebih banyak
pasif. Metode yang didgunakan pada umumnya bersifat panyajian (ekspositorik),
sacra masal, seperti seminar atau ceramah, selain itu pembelajaran lebih
bersifat tekstual.
Menurut
kalangan filsafat progresivisme, yang seharusnya lebih aktif dalam menentukan
materi belajarnya dan tujuannya adalah siswa itu sendiri sesuai dengan minat
dan kebutuhannya. Pendidikan enderung bersifat kontekstual, metode
yang digunakan bukan lagi bersifat masal, ceramah, akan tetapi lebih bersifat
individual, langsung dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif).
4) Media Pengajaran
Media
merupakan sarana perantara dalam dalam pengajaran. Media digunakan agar isi
kurikulum lebih mudah untuk di pahami. Ketepatan pemilihan media oleh guru
akan membantu siswa untuk lebih cepat memahami pelajaran yang di sajikan. Media pengajaran juga
merupakan segala macam bentuk perangsang dan
alat yang disediakan oleh guru
untuk mendorong semangat peserta didik.
Rowntree
mengelompokkan media pembelajaran menjadi lima, interaksi insane, realita,
pictorial, simbol tertulis, dan rekaman suara.
a) Interaksi insane, media ini merupakan komunikasi
langsung, dalam komunikasi itu, kehadiran suatu fihak tidak disadari
mempengaruhi yang lainnya. Interaksi insane bisa berlangsung melalui
verbal dan non verbal.
b) Realita, merupkan bentuk perangsang
nyata, seperti orang, binatang, benda-benda, dan sebagainya yang di amati
siswa.
c)
Pictorial, media ini menunjukkan berbagai
bentuk variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak atau tidak,
dibuat di atas keratas, kaset, disket, dan media lainnya.
d)
Simbol tertulis, simbol tertulis bersifat umum,
namun tetap efektif. Ada beberapa macam media simbol tertulis, seperti buku
teks, buku paket, paket program
belajar, modul dan lain sebagainya.
e)
Rekaman suara, rekaman suara ini bisa
disajikan dalam berbagai bentuk, bisa di sajikan sendiri atau di gabung
dengan pictorial.
5)
Evaluasi
Komponen
terahir adalah evaluasi. Menurut bahasa evaluasi berasal dari bahasa inggeir,
evaluation, yang berarti nilai atau harga. Menurut etimologi, evalasi
berarti kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan atau obyek dengan
menggunakan instrument dan hasilnya di bandingkan dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan.
Evaluasi
di tujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditentukan serta menilai proses pelaksanaan pengajaran secara keseluruhan.
Tiap pelajaran akan memberikan umpan balik, demikiam juga dalam
pencapaian-pencapaian tujuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar
secara keseluruhan.
Ada
dua hal yang perlu untuk di evaluasi, yaitu evaluasi hasil belajar mengajar
dan evaluasi pelaksaan pembelajaran.
1) Evaluasi
Hasil Belajar – Mengajar.
Evalauasi
belajar – mengajar ini di artikan sebagai
evalauaasi untuk mengukur/menilai keberhasilan penguasaan siswa atau
tujuan-tujuan khusus yang telah di tentukan. Dalam evaluasi ini di susun
butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tujuan-tujuan yang telah di
tentukan. Untuk tujuan khusus minimal disusun satu butir soal. Menurut
lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar
di bedakan dua hal, evaluasi formatife dan evaluasi sumatif.
Evaluasi
formatif di gunakan untuk menilai penguasaan siswa terhadp tujuan-tujuan
belajar ssiswa dalam jangka waktu yang relative pendek. Tujuan utama dari evaluasi formatif tidak
lain hanyalah untuk menilai proses pelaksanaan pengajaran. Hasil evaluasi
formatif ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Evaluasi
sumatif ditujukan untuk menilai pengusaan siswa terhadap tujuan-tujuan yang
bersifat luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang panjang.
2) Evaluasi
Pelaksanaan Pembelajaran.
Komponen
yang di evaluasi dalam pengajaran, bukan hanya hasil belajar – mengajar,
tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang meliputi evaluasi komponen
tujuan mengajar, bahan penajaran (yang menyangkut sekuen bahan ajar),
strategi dan media serta evaluasi pengajaran itu sendiri.
|