Prinsip
Pengembangan Kurikulum
|
||
Dalam
proses pengembangan kurikulum, suatu hal lain yang tidak dapat diabaikan
adalah pentingnya memahami prinsip-prinsip dan pendekatan yang digunakan.[1] Agar kurikulum dapat
berfungsi sebagai pedoman, maka ada sejumlah proses dalam pengembangannya.
Dibawah ini akan di uraikan prinsip pengembangan kurikulum.[2]
|
||
1)
Relevansi
|
||
Dalam
Oxford Advanced Dictionaryof Current English, kata relevansi atau relevan mempunyai
arti (closely) connected with what is happening, yaitu kedekatan hubungan
dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, berarti
perlunya kesesuaian antara (program) pendidikan dengan tuntutan kehidupan
masyarakat.. pendidikan akan dikatakan berhasil jika hasil yang diperoleh
akan berguna bagi kehidupan seseorang.[3]
Pendidikan
tidak bisa di lepaskan dari kehidupan bermasyarakat. Maka kurikulumpun harus
menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya. Relevansi ada dua macam yang
harus dimiliki oleh kurikulum, yaitu relevan kedalam dan relavan keluar.
Relevansi
keluar maksudnya adalah tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan
masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam
masyarakat. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa
untuk tugas tersebut. Kurikulum tidak hanya menyiapkan siswa untuk kehidupan
masa sekarang, tetapi juga untuk kehidupan masa yang akan datang.
Relevansi
kedalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen
kurikulum, yaitu antara tujuan, isi. Proses penyampaian dan penilaian.[4]
|
||
2)
Efektivitas
|
||
Prinsip
efektivitas maksudnya adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai
sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Dalam pendidikan efektivitas
dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, efektivitas mengajar pendididk
berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Kedua, efektivitas anak didik,
berkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah
dicapai melalui belajar mengajar yang telah dilaksanakan.[5]
|
||
3)
Efisiensi
|
||
Efisiensi
merupakan perbandingan dari antara hasil yang di capai dengan dan pengeluaran
( berupa waktu, tenaga dan biaya) yang
di harapkan paling tidak akan menunjukkkan hasil seimbang.
Dalam
pelaksanaan kurikulum, proses belajar dikatan efisien jika usaha, biaya dan
waktu yang digunakan untuk menyelasaikan program pengajaran tersebut dapat
merealisasikan hasil yang optimal.[6]
Dikatakan
bahwa kurikulum mempunyai tingkat efisiensi tinggi jika sarana, biaya yang
minimal dan waktu yang terbatas dapat mencapai hasil yang maksimal. Betapapun
bagus dan idealnya kurikulum manakala menuntut peralatan, sarana dan
prasarana yang khusus dan sangat mahal pula harganya, maka kurikulum itu
tidak praktis dan sukar dilakukan. Kurikulumm dirancang untuk dapat digunakan
dalam segala keterbatasan.[7]
Sering
kali prinsip evisiensi ini dikonotasika dengan prinsip ekonomi. dalam hal ini Prof.Dr H. Abdullah
Idi lebih memilih menggunakan ungkapan proses belajar akan tecipta apabila
usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program
pengajaran tersebut sangat optimal, dan hasilnya bisa seoptimal mungkin,
tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.[8]
|
||
4)
Kesinambungan
|
||
Perkembangan
pendidikan anak berlangsung secara berkesinambungan tidak terputus-putus atau
berhenti-henti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang di
sediakan oleh kurikulum juga berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan tingkat kelas lainnya, antara
satu jenjang dan jenjang lainnya. Juga antara jenjang pendidikan dan
pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama,
perlu adanya komunikasi dan kerjasama antara pengembang kurikulum tingkat SD,
SMTP, SMTA dan perguruan tinggi.[9]
|
||
5)
Fleksibelitas
|
||
Fleksibelitas
artinya tidak kaku, ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam
bertindak. Apa yang diharapkan dalam
kurikulum ideal, kadang tidak sesuai
dengan yang terjadi, bisa jadi karena faktor kemampuan gurunya yang kurang ,
terkadang juga karena faktor kemampuan dasar siswa yang rendah, bisa juga
karena fktor sarana dan prasarana yang kurang memadai. Kurikulum harus
bersifat lentur atau fleksibel, untuk
di sesuaikan dengan keadaan. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel
sulit untuk diterapkan.[10]
Fleksibel
mempunyai dua sisi, pertama fleksibel bagi guru, artinya kurikulum memberikan
ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan pengajarannya sesuai dengan kondisi
yang ada. Kedua fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan
berbagai kemungkinan program pilihan bagi siswa untuk mengembankan bakat dan
minatnya.
|
||
6)
Berorientasi Tujuan
|
||
Artinya,
sebelum bahan di tentukan, maka langkah yang pertama yang harus dilakukan
oleh guru adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar segala jam dan
kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru maupun siswa terarah pada tujuan
yang telah di tetapkan tersebut. Dengan kejelasn tujuan ini, guru dapat
menentukan secara tepat tentang metode, dan alat pengajaran serta evaluasi.[11]
|
||
7)
Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum
|
||
Pengembangan
kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus menerus, yaitu dengan jalan
mengadakannya terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil yang dicapai untuk
melakukan perbaikan, pemantapan dan pengembangan lebih lanjut.[12]
|
[1] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teoridan
praktik, (Jogjakarta : Ar ruzz Media, 2011), hal. 201
[4] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 150
[5] , H,
Abdullah Idi, M,Ed, Pengembangan Kurikulum Teoridan praktik, (Jogjakarta
: Ar ruzz Media, 2011), hal. 203
[6]
Subandijah, Pengembangan
dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 52
[8] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teoridan
praktik, (Jogjakarta : Ar ruzz Media, 2011), hal. 204
[9]
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2010), hal.
151
[11] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta:
PT, Raja Grafindo Persada, 1996), hal.
54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar