Rabu, 07 Maret 2012

Pengantar kurikulum


Prinsip Pengembangan Kurikulum
Dalam proses pengembangan kurikulum, suatu hal lain yang tidak dapat diabaikan adalah pentingnya memahami prinsip-prinsip dan pendekatan yang digunakan.[1] Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman, maka ada sejumlah proses dalam pengembangannya. Dibawah ini akan di uraikan prinsip pengembangan kurikulum.[2]

1)                 Relevansi


Dalam Oxford Advanced Dictionaryof Current English,  kata relevansi atau relevan mempunyai arti (closely) connected with what is happening, yaitu kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, berarti perlunya kesesuaian antara (program) pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat.. pendidikan akan dikatakan berhasil jika hasil yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan seseorang.[3]
Pendidikan tidak bisa di lepaskan dari kehidupan bermasyarakat. Maka kurikulumpun harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya. Relevansi ada dua macam yang harus dimiliki oleh kurikulum, yaitu relevan kedalam dan relavan keluar.
Relevansi keluar maksudnya adalah tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk tugas tersebut. Kurikulum tidak hanya menyiapkan siswa untuk kehidupan masa sekarang, tetapi juga untuk kehidupan masa yang akan datang.
Relevansi kedalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi. Proses penyampaian dan penilaian.[4] 
2)                 Efektivitas


Prinsip efektivitas maksudnya adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Dalam pendidikan efektivitas dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, efektivitas mengajar pendididk berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Kedua, efektivitas anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui belajar mengajar yang telah dilaksanakan.[5] 
3)                 Efisiensi


Efisiensi merupakan perbandingan dari antara hasil yang di capai dengan dan pengeluaran ( berupa  waktu, tenaga dan biaya) yang di harapkan paling tidak akan menunjukkkan hasil seimbang.
Dalam pelaksanaan kurikulum, proses belajar dikatan efisien jika usaha, biaya dan waktu yang digunakan untuk menyelasaikan program pengajaran tersebut dapat merealisasikan hasil yang optimal.[6]
Dikatakan bahwa kurikulum mempunyai tingkat efisiensi tinggi jika sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat mencapai hasil yang maksimal. Betapapun bagus dan idealnya kurikulum manakala menuntut peralatan, sarana dan prasarana yang khusus dan sangat mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar dilakukan. Kurikulumm dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan.[7]
Sering kali prinsip evisiensi ini dikonotasika dengan prinsip  ekonomi. dalam hal ini Prof.Dr H. Abdullah Idi lebih memilih menggunakan ungkapan proses belajar akan tecipta apabila usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal, dan hasilnya bisa seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.[8]    
4)                 Kesinambungan


Perkembangan pendidikan anak berlangsung secara berkesinambungan tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang di sediakan oleh kurikulum juga berkesinambungan antara satu tingkat  kelas dengan tingkat kelas lainnya, antara satu jenjang dan jenjang lainnya. Juga antara jenjang pendidikan dan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu adanya komunikasi dan kerjasama antara pengembang kurikulum tingkat SD, SMTP, SMTA dan perguruan tinggi.[9]
5)                 Fleksibelitas


Fleksibelitas artinya tidak kaku, ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak.  Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal,  kadang tidak sesuai dengan yang terjadi, bisa jadi karena faktor kemampuan gurunya yang kurang , terkadang juga karena faktor kemampuan dasar siswa yang rendah, bisa juga karena fktor sarana dan prasarana yang kurang memadai. Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel, untuk  di sesuaikan dengan keadaan. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel sulit untuk diterapkan.[10]
Fleksibel mempunyai dua sisi, pertama fleksibel bagi guru, artinya kurikulum memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. Kedua fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan bagi siswa untuk mengembankan bakat dan minatnya.
6)                 Berorientasi Tujuan


Artinya, sebelum bahan di tentukan, maka langkah yang pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah menentukan tujuan terlebih dahulu.  Hal ini dimaksudkan agar segala jam dan kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru maupun siswa terarah pada tujuan yang telah di tetapkan tersebut. Dengan kejelasn tujuan ini, guru dapat menentukan secara tepat tentang metode, dan alat pengajaran serta evaluasi.[11]
7)                 Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus menerus, yaitu dengan jalan mengadakannya terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil yang dicapai untuk melakukan perbaikan, pemantapan dan pengembangan lebih lanjut.[12]





[1] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teoridan praktik, (Jogjakarta : Ar ruzz Media, 2011), hal. 201
[2] Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 39
[3] Op,Cit, hal. 201
[4] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996),  hal. 150
[5]  , H, Abdullah Idi, M,Ed, Pengembangan Kurikulum Teoridan praktik, (Jogjakarta : Ar ruzz Media, 2011), hal. 203
[6] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1996),  hal. 52
[7] Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 42
[8] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teoridan praktik, (Jogjakarta : Ar ruzz Media, 2011), hal. 204
[9] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2010), hal. 151
[10] Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 42
[11] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1996),  hal. 54
[12] Ibid, hal. 55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar